BI Beri Sinyal Koreksi BI Rate |
Inflasi Turun, Momentum Beri Stimulus Moneter |
Otoritas moneter diprediksi bakal menurunkan tingkat suku bunga acuan BI rate. Tingkat inflasi yang terus membaik menjadi faktor utama penurunan suku bunga acuan. Jika koreksi BI rate benar-benar dilakukan diharapkan itu menjadi stimulus moneter yang positif bagi perekonomian nasional. Sinyal itu disampaikan oleh Gubernur BI Boediono di Gedung Depkeu, Rabu (31/12). Menurut Boediono, tekanan inflasi pada Desember akan berkurang. Dia juga yakin bahwa pengelolaan inflasi dalam tahun ke depan akan lebih terkendali. "Inflasi tentu saja ke depannya bisa terus membaik, semakin mengecil," ujar guru besar ekonomi FE UGM. Bank sentral, kata dia, akan mengkaji semua hal terkait penentuan tingkat suku bunga acuan dalam rapat dewan gubernur BI pada awal Januari 2009. "Awal bulan depan (Januari, Red), tanggal 6 (Januari) itu, akan kita kaji semua aspek, perbankannya sampai moneter secara keseluruhan untuk menentukan BI rate," tuturnya. Koreksi BI rate juga terus disuarakan sejumlah ekonom dan dunia usaha. Secara terpisah, ekonom senior Indef Fadhil Hasan mengemukakan, kebijakan koreksi suku bunga akan memberi stimulan positif bagi dunia usaha. Instrumen moneter tersebut akan menimbulkan efek berantai pada koreksi suku bunga kredit perbankan, dan akhirnya sektor riil akan lebih terdorong untuk menggerakkan roda usahanya. "BI harus berani melakukan koreksi. Tunggu apa lagi, sekarang inflasi pun sudah rendah," ujarnya.
|
Dia menilai, kebijakan uang ketat, yang salah satunya dicerminkan pada besaran BI rate, sudah tidak relevan untuk diterapkan. Alih-alih mengendalikan inflasi, kebijakan itu malah kontraproduktif dengan upaya menggairahkan sektor riil di tengah kondisi krisis seperti saat ini. "Transmisi kebijakan moneter ke depan harus lebih tepat, sehingga bisa menjadi stimulus bagi perekonomian," jelas Fadhil.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa mengemukakan, pengusaha menginginkan ada koreksi suku bunga acuan BI rate. Kebijakan itu, kata dia, akan ditransmisikan oleh industri perbankan dalam besaran suku bunga kreditnya. "Koreksi suku bunga akan memberi stimulus positif ke dunia usaha," ujar CEO Bosowa Corporation itu.
Stimulus moneter tersebut, terang dia, sangat berarti bagi dunia usaha dalam kondisi seperti saat ini. Turbulensi finansial global telah membuat pengusaha kelimpungan menyiasati lesunya pasar ekspor. Berkurangnya order akan membuat pengusaha berpikir untuk mengurangi produksi.
Karena itu, stimulus moneter berupa koreksi suku bunga diharapkan akan mampu menggairahkan dunia usaha untuk tetap menjaga stabilitas produksinya. Pasar domestik yang masih besar diharapkan bisa dimaksimalkan untuk menyiasati lesunya pasar ekspor.
"Tapi, itu semua kan membutuhkan stimulus, misalnya bagaimana agar pengusaha dengan kalkulasi cermat berani mengakses kredit. Hal tersebut membutuhkan stimulus berupa koreksi suku bunga," terang Erwin